Berita

-

Rabu, 29 Juni 2022 Operator 556

Belajar Karaktet Dari Falsafah Pensil 

Oleh : Dafril, Tuanku Bandaro, M.Pd.I

Guru MTsN 1 Padang dan Alumni PPMTI Batang Kabung


Masih segar diingatan penulis untaian kata-kata nasehat yang diuraikan Prof  Dr. H. Darwis Hude yang tak lain adalah Direktur Pasca Sarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) pada malam anugrah peserta Wisuda S.2 PTIrQ Jakarta pada tanggal 30 September 2003 di Gedung Convensi Center (GCC) Jakarta tentang  falsafah pensil sebagai pelajaran bagi setiap insan yang mau berfikir.


Paulo Coelho dalam bukunya Like the Flowing River (Harper Collins, 2000) menyampaikan bahwa hidup itu seirama dengan falsafah pensil. Ada 5 elemen penting yang terdapat pada sebuah pensil.


Dari pemikiran dua tokoh hebat diatas penulis terinspirasi untuk menulis "Belajar Dari Falsafah Pensil" setidaknya ada sepuluh falsafah pensil yang bisa dijadikan pelajaran.


Pertama, Pensil bisa menciptakan gambar dan tulisan karena ada tangan yang menuntun. Prestasi dan pencapaian yang kita raih dalam hidup selalu ada tangan-tangan yang menuntun. Ada “kekuasaan” Allah swt yang mengizinkan dan memberi jalan atas pencapaian tersebut. Untuk itu, banyaklah bersyukur kepada-Nya. Ada pula tangan pasangan hidup, orang tua, anak, sahabat, guru, pimpinan, anggota tim, mitra kerja bahkan “musuh” kita sekalipun. Tangan-tangan merekalah yang terus menyempurnakan hidup kita. Berterima kasih kepada mereka adalah kebutuhan kita. Semakin banyak berterima kasih, semakin indah “gambar” dan “tulisan” yang bisa kita hasilkan.


Kedua, pensil perlu diruncing. Begitu pula kehidupan kita perlu “diruncing” atau sekali-kali perlu merasakan sakit, jatuh, derita untuk menghasilkan karya yang jauh lebih baik.  Pencil tumpul yang tidak diruncing ibarat zona nyaman yang dibiarkan tanpa menghadirkan tantangan baru. Ada, namun tidak terlalu berguna. Ada, namun keberadaannya tiada terasa.

Ketiga, diujung pensil ada penghapus. Kita pun tidak perlu takut menjalani kehidupan, apabila suatu saat melakukan kesalahan ada “penghapus” yang bisa mengoreksi atau bahkan menghapus apa yang merusak. Akui kesalahan yang kita lakukan dan setelah itu lakukan kebaikan lagi agar kehidupan kita semakin indah untuk dinikmati.

Keempat, inti dari pensil bukanlah kayunya tetapi graphite-nya. Jangan sibuk dengan mementingkan tampilan luar, perhatikanlah kualitas di dalam diri kita. Visi hidup kita, value hidup kita, karakter kita, dan kejernihan hati kita. Apabila kita fokus apa yang ada “di dalam” diri kita maka kualitas “gambar” dan “tulisan” yang kita hasilkan akan jauh lebih baik.

Kelima, pensil itu meninggalkan bekas. Kehidupan kita di dunia ini juga meninggalkan jejak, meninggalkan bekas di hati orang-orang yang kita jumpai. Semakin banyak manfaat positif yang bisa kita torehkan, semakin banyak bekas yang bisa kita tinggalkan. Meski pensilnya sudah tiada namun gambar atau tulisannya masih bisa dinikmati oleh orang sekitar.


Keenam, Terkadang pensil juga ada benar dan adakalanyaq salah dalam merangkai kata. Maknanya, dalam menjalani kehidupan kita berusaha melakukan suatu yang benar namun sebagai manusia biasa kita tak luput dari sifat salah.


Ketujuh, "Ada kalanya pensil akan patah dan firuncing lagi, dalam menghadapi semua cobaan, ada kalanya mungkin kita bisa saja terjatuh atau dijatuhkan. Namun untuk menjadi yang bermakna dan berkarya lagi tak lain kita harus bangkit kembali dengan penuh optimis.

Kedelapan, Pensil tidaklah terlalu bagus tetapi yang menarik adalah hasil tulisan yang hadir karenanya. "Maknanya, bukan seberapa keren dan mewah hidup yang kita punya. Seseorang akan dirindukan kehadirannya karena kebaikan kebermanfaatannya.

Kesembilan, Untuk bisa dipakai menulis, pensil harus berproses mulai dari dipertajam atau diruncingkan. Maknanya untuk menjadi seseorang yang hebat, memang harus melewati tahapan penajaman. Berbagai cobaan dan tantangan, disakiti, disukai, dilukai, dan adakanya dibuang.

Kesepuluh, Pensil akan habis dan berhenti menulis tetapi meninggalkan tulisan. Maknanya, sejauh- jauh perjalanan tetap akan ada finishnya. Dibalik kehidupan akan ada kematian yang akan  menjemput dan membuat semuanya berakhir. Kematian adalah sesuatu yang tidak akan pernah bergeser. tidak mengenal usia, pangkat, jabatan, kaya miskin, raja, rakyat jelata, besar, kecil, tua, strata sosial, dan alim atau jahilnya seseorang namun kematian akan menjemput siapa yang ajalnya sudah sampai.

Nah kalau Pensil meninggalkan gambar dan tulisan yang bisa menginspirasi jutaan orang. Kita mau meninggalkan apa? Pilihannya ada pada diri kita masing-masing.

(Ditulis pada Milad ke-45 Penulis)